Sabtu, 12 Desember 2009

Klenger dan Lher !

Kiat Sastra

Klenger dan Lher !

Yang Gui, namanya. Remaja pria kelas dua di SMU Unggulan. Ia anak seorang konglomerat di kota budaya ini. Penampilannya disegani kawan-kawan seligting karena mempunyai fasilitas dan keutamaan lebih. Anak manja ini sedang involved-puber. Terpikat sampai tergila-gila dengan si mahasiswi cantik seprofil Sandra Dewi. Namanya Mey-Mey. Cewek fakultas hukum yang menjadi sasaran mata-julik kaum lelaki, kalau berangkat dan pulang kuliah memang lewat di depan rumah Yang Gui. Setiap hari pandangan diarahkan, membuat dirinya mati kutu tersayat-sayat asmara serta rasa rindu. Wah !

“Aku tetap penasaran sebelum mampu menjitak primadona itu!” Tuturnya pada kawan-kawan sepergaulan. Maka dikerahkanlah segala potensi materi dan privillese yang disandang ayahnya guna memburu Mey-Mey. Dikeluarkanlah Swift sampai Baby-Bens putih untuk menghimpun Pengikut yang setia membantu perburuannya. Yang terpenting segera mengenal identitas untuk menyampaikan hasrat hati. Satu kiat yang dia janjikan ketika berembuk dengan kolega, “Apapun imbalannya, Mey-Mey mesti jatuh di tanganku !” Betapa sakit dan menderita jika perasaan hati selagi berhasrat besar senantiasa meletup-letup seperti akan meledak menyusuri peraduannya. Oh, Cinta !

Sayang seribu kali sayang. Malang nasib tak dapat ditolak. Bencana telah melanda jejaka glamour ini. Surat pertama yang diidamkan sebagai jembatan pertemuan kasih, ternyata terbalas hanya dengan sebait puisi pamungkas; “ Kauboleh mencintaiku, seperti ratusan laki-laki lain mengharapkan cintaku, itu hakmu. Namun kau pun harus menghormati hak azasiku untuk menolak cintamu. Maaf, di antara kita tidak ada sedikit pun persamaan. Aku milik diriku sendiri, mengerti ?!” Pernyataan Mey-Mey vulgar.

Yang Gui lemas. Terkulai. Merengek pun tak kuasa. Hilang daya; hilang pula kekuasaan yang diandalkan dari julukan anak mas konglomerat. Segala fasilitas dan prioritas dunia nyata seakan tak berguna; tak dapat menolong penderitaan batin yang hampir hancur mumur itu. Ia jatuh sakit. Selama dikirim buah jeruk sang mama, selama itu pula ia mendiami Sentral-Berhad Hospital di Singapore. Ia tak mampu mengatakan gejala yang sebenarnya di depan psikiater. Semata keguncangan Jiewha tengah melanda anak kesayangan ini. Ia ingin mengadu...malu. Pada siapa ? Klenger.

Mey-Mey mendapat berita tragik ini tatkala turut rombongan melancong di Sarangan. Di depan kekasihnya ia mengutarakan seluruh pengalaman sepanjang petualangan hidup. Mey-Mey jujur dan polos demi kesucian cinta kepada orang yang telah banyak menuntun pengembangan kepribadiannya. Jantung hati itu menyela, “You’re to be able to bring to tread him ?!” Kau telah tega memperlakukan dia begitu?
Spontan gadis cerdas itu menukas, “Wis ben, Kapok !” Rupanya ia tidak sependapat dengan rumpun sosial sekelasnya sebagaimana Yang Gui yang suka melakukan afiliasi kehidupan lepas, menjauh dari komunitas rendah serupa papa. Dengan kemolekan, kesupelan dan talenta pribadinya, ia berjanji memelopori beleid pembauran. Namun di lintas misi suci itu bertambah banyak laki-laki yang kepincut, tergila-gila padanya. Hebat. Mey-Mey sungguh lehay memanfaatkan skillnya: Lher !.
{Whelly Sukis Moro KM, 02.04.08}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar